Antrian Kondangan dan Priority Card

Tulisan kemarin tentang budaya ngantri, dapat feedback dari beberapa teman, ada yang protest dan ada yang hanya mengiyakan.

Di satu lobi rumah sakit, dimana di pada loket pendaftaran berjubel banyak orang yang ngantri, ada satu tulisan yang menggelitik saya : Hanya dengan bayar Rp. 125,000.- per bulan anda bebas nganteri? Maksudnya apa, Insya Allah kalau ke RS itu lagi saya mau tanyain.

Yang jelas ngantri mengantri juga menjadi objek bisnis nampaknya. Banyak bank menawarkan priority banking, banyak kartu kredit menawarkan jenis kartu yang berbeda dengan iming2 yang antara lain terkait dengan antri mengantri. Banyak hotel yang nawarkan membership dengan iming2 kepastian mendapatkan prioritas dalam antrian booking kamar misalnya.

Semuanya yang priority selalu memberikan kemudahan yang berbeda sesuai dengan tingkatan yang ditentukan jenis kartunya. Di Dubai Airport jelas pemegang tiket busines akan mendapatkan prioritas waktu checkin dan loketnya pun di bedakan loket tiket kelas lainnya, tapi di Doha airport, walaupun tiket bisnis tetap saja waktu checkin perlu ngantri panjang. Di Cengkareng kalau mau naik pesawat garuda dan pegang tiket bisnis, check in tidak perlu antri di loket, di sediakan loket2 khusus.

Lah paling repot nih, katanya kalau kondangan, banyak tamu , terutama maaf katanya yang komentar ke saya, Ibu2, sekali lagi maaf, suka nyerobot pengin cepat2 salaman atau kalau lagi nganteri bakso atau makanan paforit lainnya. Dan budaya antri di kondangan kadang2 di buat sebel, kalau ada tamu khusus yang hadir, tidak perlu antri dan mau difoto2 dulu dengan mempelai. Kan jadinya ada jeda sejenak, akan menimbulkan queue yang makin panjang. Nah kalau tamu khusus nya datangnya beruntun, ya yang ngantri di jalur normal makin panjang.

Problem antrian ternyata belum sepenuhnya jadi budaya kita. Antrian di lampu lalu lintas sebetulnya untuk kepentingan bersama kalau masing2 tidak ingin ke depan maka lalu lintas akan lebih lancar, tetapi masih banyak orang yang tega menyerobot untuk bisa mencapai posisi paling depan sehingga bisa saja ada senggol sana sini. Terkait dengan ini pengemudi mobil musti bersabar terhadap perilaku pengendara motor.

Sekali lagi patut diberi acungan jempol kepada PT KAI, dengan tersedianya fasilitas pembelian tiket online, calon penumpang tidak perlu ngantri depan loket lagi. Beli online, sampai stapsiun cukup memprint tiket dengan memasukan kode booking.

Cuman ada sedikit yang saya rasakan berubah di KRL, yaitu sejak adanya penambahan rangkaian KRL, beberapa kali akhir2 ini kalau mau masuk stapsiun tertentu kereta musti berhenti sebentar menunggu green light dari stapsiun. Apakah karena adanya penambahan rangkaian kereta, sehingga harus nganteri masuk stapsiun? Ya kita musti khusnudh dhon, semuanya itu untuk keselamatan penumpang.